Jumat, 24 Desember 2010

Bab8 Bercakap-cakap tentang pelajaran 谈学习情况

No. Kosa Kata Traditional Font Arti
1
sibuk
2 从...到... 從… 到… dari…...ke……
3 星期
minggu (hari...)
4 上午
pagi hari
5 必修课 必修課 pelajaran/mata kuliah wajib
6 选修课 選修課 pelajaran/mata kuliah pilihan
7 汉语 漢語 Bahasa Mandarin
8 语言 語言 Bahasa
9 语法 語法 Tata bahasa
10 口语 口語 Bahasa lisan
11 听力 聽力 mendengar
12 写作 寫作 menulis, mengarang
13 阅读 閱讀 membaca
14 文化
kebudayaan
15 历史 歷史 sejarah
16 觉得 覺得 merasa, rasa, pikir
17 汉字 漢字 aksara Han
18 有意思
menarik, bermakna
19 句子
kalimat
20 …有时候 的時候 ketika, saat
21 sangat, sekali
22 图书馆 圖書館 perpustakaan
23 开始 開始 mulai
24 紧张 緊張 tegang, gugup, sibuk
25 白天
siang hari
26 kata bantu u 1 mata pelajaran
27
harus
28 复习 復習 mengulang pelajaran
29 预习 預習 mempersiapkan pelajaran
30 什么的 甚麼的 dll
31 只有
hanya
32 周末
akhir pekan
33
bisa
34 休息
istirahat
35 一定
pasti
36
kelas
37
paling, ter…
38 努力
berusaha keras, rajin, giat
39 水平
tingkatan, standar
40 进步 進步 kemajuan
41
cepat
42 所以
maka, oleh sebab itu
43 只有...才…
jika…barulah
44 落后 落後 terbelakang, tertinggal
45
(partikel)
46 但是
tetapi, namun

Selasa, 21 Desember 2010

Bosan Hidup? Ingin Mati? Baca Ini Dulu

Seorang pria mendatangi Sang Guru, “Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”
Sang Guru tersenyum, “Oh, kamu sakit.”

“Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, Sang Guru meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” kata Sang Guru.

“Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang guru.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?” “Ya, memang saya sudah bosan hidup.”
“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Guru yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati. Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Guru edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Begitu rileks, begitu santai!

Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget!

Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu. “Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Sang istripun merasa aneh sekali Selama ini, mungkin aku salah. “Maafkan aku, sayang.”

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda.

Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan.

Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, Ayah selalu stres karena perilaku kami.”

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?
Ia mendatangi sang Guru lagi.

Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.”

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!!!

Hidup…bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul, tapi merupakan suatu anugrah untuk dinikmati.

Konfusius, Sang Guru Besar


Konfusius/Kong Zi(551 SM – 479 SM), bernama Qiu, memiliki zi(style name) Zhongni. Ia hidup di akhir masa Chunqiu. Ia berasal dari Zouyi, negara Lu(saat ini letaknya ada di tenggara kota Qubu di Shandong). Ia adalah pelopor aliran Konfusianisme(Rujia).

Konfusius adalah pemikir besar. Pertama, ia mencetuskan ide “仁ren”(kemanusiaan, kebajikan), yakni agar penguasa dapat memperhatikan perasaan rakyatnya, mencintai rakyat, tidak boleh memerah rakyat secara berlebihan. Kedua, ia berpendapat bahwa untuk memerintah rakyat, haruslah menggunakan moral, ia tidak setuju dengan pemerintahan yang kejam.


Konfusius juga adalah guru besar. Di masa itu, hanya para bangsawan yang boleh mendapatkan pendidikan. Konfusius mendorong 有教無類 you jiao wu lei”(pendidikan tanpa diskriminasi). Ia menerima murid, tanpa memandang mereka adalah bangsawan atau bukan, semua bersama-sama sederajat memperoleh pendidikan. Konfusius mendirikan sekolah privat, mematahkan monopoli pemerintah terhadap pendidikan. Murid yang telah diajar oleh Konfusius berjumlah 3000 orang lebih, di antaranya yang terkenal ada 72 orang. Konfusius berpendirian 因材施教 yin cai shi jiao”(melaksanakan pengajaran sesuai kondisi murid). Terhadap murid yang berbeda, ia menggunakan pengajaran yang berbeda. Dia mengajar kepada muridnya: belajar sebuah pengetahuan harus sering diulang kembali, 溫故而知新 wen gu er zhi xin”(mempelajari kembali hal yang sudah pernah dipelajari, niscaya akan memperoleh hal yang baru); sikap dalam belajar harus jujur, 知之為知之不知為不知是知也 zhi zhi wei zhi zhi, bu zhi wei bu zhi”(jika tahu katakan tahu, jika tidak tahu katakan tidak tahu); juga mengajarkan untuk menggabungkan belajar dan berpikir.

Akhirnya, para murid Konfusius mencatat pengajarannya, dijadikan sebuah buku “ 論語 Lun Yu”(The Analects). “Lun Yu” menjadi salah satu buku klasik Konfusianisme. Pengajaran Konfusius menjadi ortodoks di dalam budaya feudal di Tiongkok selama 2000 tahun lebih.



(Diterjemahkan dari Overseas Chinese Language and Culture Education Online)

矛盾 Tombak dan Perisai yang Luar Biasa



Dahulu di negara Chu, pada periode Peperangan antar Negara ada seorang yang menjual tombak dan perisai. Dia pergi ke sebuah lapangan untuk menjual barang dagangannya. Disini dia main tambur dan mengangkat serta memainkan silat dengan barang dagangannya. Sesudah banyak orang yang berdatangan dia berkata dengan congkaknya " Perisai yang kubuat sangat kuat, tiada sesuatupun yang dapat menembusnya. Tombak yang kubuat begitu tajamnya tiada sesuatupun yang tidak dapat ditembusnya."

Ada seorang yang kelihatannya lemah, tetapi matanya cerah bertanya pada penjual: " Pak, apakah yang terjadi apabila satu dari tombakmu memukul satu dari tamengmu ??"

Penjual itu pun tertawa karena tidak dapat menjawabnya..?!$#@

" Orang yang suka beromong besar, akan sukar dapat melaksanakan kata-katanya "
(Sabda Suci XIV : 20)

Word of Wisdom : Yesterday, Today, Tomorrow



Huruf "O' dari kata "OPPORTUNITY" yang berarti "KESEMPATAN"

Yesterday no have "O"

Ini berarti hari kemarin tidak mempunyai kesempatan lagi untuk dipergunakan. Karena kita sebagai manusia tidak bisa memutar atau memundurkan waktu.


Today have 1 "O"

Artinya masih ada kesempatan dalam menjalani hari ini. Oleh karena itu jalani hari ini sebaik-baiknya agar memperoleh kesempatan tersebut. Jangan terlalu lama menyesali kesempatan yang terlewat di hari kemarin.

Tomorrow have 3 "O"

Berarti masih banyak kesempatan yang akan datang kepada kita. Kesempatan tidak hanya datang 1 atau 2 kali saja tapi berkali-kali namun bagaimana cara kita memanfaatkannya yang akan menentukan apakah kesempatan itu menjadi kesempatan emas atau hanya kesempatan biasa yang tidak berharga. Jadi, gunakan kesempatan dihari esok untuk menjadi lebih baik dari hari ini dan kemarin.

Pada tempayan Raja Thong terukir kalimat, "Bila suatu hari dapat membaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya!"
(Ajaran Besar II : 1)

Konfusius Bicara tentang Nasib Suatu Bangsa


Oleh Lu Wen Kamis, 02 April 2009


Raja Lu Ai Gong bertanya pada Konfusius, "Apakah benar nasib dari suatu bangsa ditentukan dari langit dan bukannya dari tindakan-tindakan pemimpinnya?"

Konfusius menjawab, "Nasib negara Anda akan tergantung pada tindakan-tindakanmu sendiri. Dalam kasus tertentu tindakan anda itu tidak dapat mengubah nasib bangsa Anda."

Raja berkata, "Baiklah. Bisakah anda memberikan beberapa fakta mengenai pernyataan ini?"

Konfusius berkata, "Selama periode Raja Zhou dari Dinasti Shang, dekat tembok ibukota ada seekor burung kecil yang melahirkan seekor burung besar. Raja berkonsultasi dengan seorang peramal mengenai hal tersebut. Peramal berkata, 'Bilamana suatu hal yang lebih kecil beranak lebih besar, itu berarti bahwa bangsa akan mampu mempersatukan lahan dan bangsa menjadi semakin makmur.' Mendengar itu Raja menjadi sangat puas. Ia berpikir bahwa ia bisa bergantung pada pertanda. Ia berhenti bekerja keras dalam memerintah negerinya dan menjadi sangat brutal terhadap para pejabat dan rakyatnya. Tidak satu pun dari pejabat di penjara kerajaan mampu menghentikannya. Pada akhirnya, musuh dari luar menyerang negeri mereka dan menggulingkan Dinasti Shang. Ini adalah sebuah contoh dari suatu pertanda yang baik yang membawa bencana, alasan tersebut menjadikan raja berpedoman pada tindakan yang baik dan menentang hukum dari langit.

Sebagai perbandingan, dalam kurun waktu pemerintahan Raja Zhou leluhur Raja Tai Wu, moralitas masyarakat sangat jelek dan hukum bangsa tersebut sangat kacau. Kejadian ini menyebabkan pertumbuhan dari suatu tanaman yang tidak lazim, yang tumbuh di dalam lingkungan kerajaan. Tanaman tumbuh sangat cepat. Dalam tujuh hari, tanaman membesar hingga cukup dipeluk oleh dua orang. Raja berkonsultasi dengan seorang peramal dan ia berkata, 'Tanaman liar jenis ini mestinya tidak tumbuh di lingkungan kerajaan, namun sekarang itu yang terjadi. Ini berarti bahwa bangsa akan menjelang masa akhir.' Raja Tai Wu sangat ketakutan. Ia mulai memperhatikan tindakan-tindakannya secara hati-hati dan ia juga berpikir bagaimana para raja yang sebelumnya menguasai bangsa tersebut secara benar dan memperhatikan orang-orangnya. Dalam tiga tahun, banyak raja dari negara lain telah mendengarkan tentang kebaikan Raja Tai Wu dan sebanyak enam belas raja telah mengirimkan para pesuruh mereka untuk mengunjungi dan menghormati Raja Dinasti Shang. Ini adalah sebuah contoh tentang menghentikan tindakan-tindakan tidak baik yang diakibatkan firasat buruk telah berbalik menjadi kebaikan.

Oleh karena itu, ketika langit membuat gejala dan berbagai bencana muncul, itu adalah peringatan langit kepada para penguasa; ketika pejabat bermimpi tentang kisah-kisah penuh arti dan asing, itu adalah peringatan langit kepada pejabat-pejabat. Bencana-bencana dan gejala asing atau aneh tidak akan mengalahkan kebijakan-kebijakan yang baik dan keputusan-keputusan baik suatu bangsa; mimpi-mimpi tidak akan mengalahkan akhlak tinggi dan kebaikan-kebaikan besar. Jika seseorang dapat berbuat seperti ini - mengalahkan tindakan-tindakan tidak baik dan mengikuti tindakan-tindakan benar - ini akan menjadi cara terbaik untuk mengatur suatu negeri. Hanya para raja orang yang bijaksana mampu melakukannya."

Raja Lu Ai Gong berkata, "Pengajaranmu itu mampu memberikan koreksi dengan tepat atas kelalaian saya. Adalah sangat luar biasa bisa mendengarkan pengajaranmu!"

Raja Zhou menghentikan tindakan-tindakan baik dan berubah menjadi jahat, dan negerinya menjadi hancur . Raja Tai Wu menghentikan tindakan-tindakan tidak baik dan berubah menjadi baik, dan negerinya menjadi maju. Dewasa ini Rezim Komunis China telah melakukan suatu pemerintahan diktator sejak permulaan, sudah melakukan bermacam-macam perbuatan jahat, hendaknya bercermin pada kisah Raja Zhou ini.

Sumber: Analek dari Konfusius dan Para muridnya

Sumber: http://www.zhengjian.org/zj/articles/2008/6/23/53460.html